recent posts

Petualangan ke Gunung Lanang Mergolangu, Antara Bikin Kapok dan Ketagihan

gunung-lanang-mergolangu

Tanpa rencana sebelumnya, kemarin (22/8) sekitar pukul 9 pagi saya berangkat menuju Sapuran dari rumah di kawasan Jalan Kyai Muntang, Wonosobo. Tujuannya bersilaturahmi ke rumah teman sekelas ketika SMA, di Kalibawang. Perjalanan saya sampai pasar Sapuran memakan waktu sekitar 1 jam dengan bus mikro jurusan Purworejo.

Sampai Sapuran, saya dijemput olehnya dengan Beat berwarna putih. Sepanjang jalan menuju rumahnya penuh dengan pemandangan menakjubkan. Deretan hutan pinus, hamparan sawah, tebing, dan jurang, membuat saya terperangah. Wonosobo ternyata luas dan indah, saya berdecak kagum. Selama ini hanya mengenal Alun-alun Wonosobo dan sedikit tempat wisata di sini. Maklum, merantau (selama 9 tahun) di negara tempat Twin Tower berada, saya kurang mengetahui perkembangan kota kelahiran.

Sampai di rumahnya sudah hampir pukul 11.00. Melihat pelataran luas dengan bunga berwarna-warni, menikmati suara gemercik air dari kolam, membuat saya enggan beranjak dari sana. Namun, mendengar ajakan ke gunung, saya langsung antusias. Sebelumnya, dia mewanti-wanti agar jangan kaget dengan perjalanan menuju ke sana. Karena dalam benak telah terbayang gunung dengan pohon-pohon tinggi, aroma dedaunan dan tanah, angin yang bertiup lembut, maka saya sanggupi.

Perjalanan ke Gunung Lanang Mergolangu

gunung-lanang-mergolangu
Jalan yang lurus dan mulus.
Kami keluar dari rumah dengan sepeda motor setelah makan siang dan salat zuhur. Meski tengah hari, cuaca tidak begitu panas, langit saat itu diselimuti awan tipis. Melalui jalan berkelok-kelok, naik turun, dan sesekali menukik tajam, saya duduk dengan tegang di jok belakang dengan tangan menggenggam pegangan besi.  

Ketegangan meningkat ketika kami melalui jalan yang hampir menyerupai sungai kering, menanjak, dan penuh debu beterbangan dari tanah kering yang terhempas roda pengguna jalan. Beberapa kali saya turun dari motor, dan berjalan kaki ketika medan tidak memungkinkan dilalui satu jok berdua. 

Kondisi jalan yang semacam ini memang hanya sekitar 20%, selebihnya sudah berupa jalan aspal mulus. Namun, menyisakan sensasi tak terlupakan dalam ingatan. Hati ini dipaksa tak henti berzikir, membayangkan kalau jatuh dan mencium batu jalanan. Belum lagi lutut yang serasa mau copot, isi perut seperti diaduk-aduk, dan nyeri pinggang. Entah bagaimana rasanya, dia yang mengendalikan kendaraan di depan. Malah dengan santai berkata sudah biasa, paling kalau jatuh lecet saja. Duhhh.

Perjalanan Berat yang Terbayar 

gunung-lanang-mergolangu
Tebingnya terasa dekat sekali.
Memasuki kawasan wisata Gunung Lanang, di desa Mergolangu, Kecamatan Kalibawang, lega sudah. Baru sampai pelataran saja, mata saya terbelalak takjub melihat tebing batu, hutan pinus, dan Waduk Wadaslintang di kejauhan. Sesudah memarkir kendaraan, kami membeli tiket sebesar Rp5.000 per orang di loket. Harga yang terbilang sangat murah, jika dibandingkan dengan keindahan beserta fasilitas lengkap di dalamnya, seperti toilet, tempat makan, dan tempat berkemah.

Beberapa langkah berjalan, kami disusul oleh pak Kisno, perangkat desa setempat yang merupakan pengelola kawasan rekreasi ini. Sebelumnya kami sempat mampir ke kantor desa Mergolangu untuk menghubungi beliau.

gunung-lanang-mergolangu
Jembatan ke langit.
Sambil menunjukkan spot-spot foto terbaik di Gunung Lanang Mergolangu, pak Kisno bercerita perihal pembangunan tempat wisata. Menurut penuturan beliau, pembukaan kawasan hutan, tebing, dan perbukitan menjadi tempat wisata dilakukan sejak tahun 2015. Setahun kemudian, jalan setapak di dalam kawasan wisata alam dicor dengan beton, sehingga lebih nyaman dilalui. 

Penambahan dan perawatan spot-spot foto menarik pun terus dilakukan. Kabarnya, tahun 2018 ini mereka akan mendapatkan bantuan untuk pengembangan wisata dari pemerintah yang jumlahnya belum dapat dipastikan. Terbukti, kami menjumpai beberapa properti foto yang catnya masih terlihat baru dan tanah di sekitarnya masih lunak, belum banyak dijamah kaki manusia. 

gunung-lanang-mergolangu
Judulnya, cintaku di ujung jalan.
Jumlah pengunjung tempat wisata ini fluktuatif, kata beliau. Tak hanya di waktu liburan atau akhir pekan, pengunjung Gunung Lanang dari dalam dan luar kota juga menjadikannya destinasi rekreasi di hari biasa. Pernah dalam satu hari jumlah wisatawan yang berkunjung mencapai 500 orang. 

Puncak kunjungan terjadi ketika malam pergantian tahun. Umumnya wisatawan akan datang pada sore hari dan berkemah hingga pagi. Untuk berkemah, beliau menyarankan berkelompok dan membawa perlengkapan yang memadai demi keamanan dan kenyamanan selama kegiatan. Rencananya akses jalan menuju lokasi akan diperbaiki supaya perjalanan lebih mudah dan menyenangkan.

gunung-lanang-mergolangu
Pemandangan yang menakjubkan.
Selain menjadi pemandu wisata untuk kami, beliau juga begitu bersemangat menawarkan diri untuk memotret. Kami pun tak menyia-nyiakan kesempatan, berfoto di beberapa instalasi seperti jalan raya yang dengan kesan terpotong di tengah, jembatan bambu yang seakan ujungnya jauh di balik gunung, dan dek kayu yang menjorok ke jurang.

Pada kesempatan ini, pak Kisno juga bercerita tentang asal-usul beberapa desa yang tampak dari ketinggian. Cerita yang menurut saya menarik, tentang desa yang asal mulanya berupa rawa-rawa yang kemudian mengering dan dijadikan pemukiman. 
Kami hanya sempat menjelajahi separuh kawasan wisata alam dengan ketinggian sekitar 1.010 mdpl ini, mengingat saya harus kembali ke tempat menunggu bus di Sapuran sebelum pukul 5 sore. Sebelum pulang, kami melanjutkan ngobrol sambil minum kopi di sebuah warung. 

Sebenarnya ada beberapa pondok dan warung makan yang dikelola oleh penduduk setempat di sana. Namun, karena bertepatan hari raya Iduladha, banyak pedagang yang tidak membuka warung. Kuliner paling terkenal di Gunung Lanang Mergolangu yaitu soto batok Mbah Manten, soto yang disajikan dengan mangkuk dari tempurung kelapa. Sambil berpamitan pulang, saya pun berseloroh, semoga ada rezeki datang ke sana lagi bila jalan sudah mulus nanti.




Petualangan ke Gunung Lanang Mergolangu, Antara Bikin Kapok dan Ketagihan Petualangan ke Gunung Lanang Mergolangu, Antara Bikin Kapok dan Ketagihan Reviewed by Tyas Maulita on August 23, 2018 Rating: 5

No comments:

Panduan Lengkap Wisuda di Kampus UT Pusat Pondok Cabe

  Mendapat undangan wisuda di Universitas Terbuka (UT) Pusat adalah kebanggaan tentunya merupakan kebanggaan tersendiri. Pasalnya, tidak sem...

Powered by Blogger.