recent posts

Dunia 'Slow Motion' di Pasar Kumandang

pasar-kumandang

Pertama kali melihat foto pasar di tengah hutan di media sosial, mungkin Anda mengira bahwa tempat tersebut adalah bagian dari lokasi syuting film laga kolosal bertema legenda seperti Misteri Gunung Merapi atau Tutur Tinular. Tetapi dugaan Anda salah, tempat tersebut merupakan pasar sesungguhnya yang dikemas dalam konsep wisata yang unik, Pasar Kumandang Bongkotan namanya.

Diakses dari pusat kota Wonosobo, Anda dapat bergerak ke arah timur menuju Kecamatan Kertek. Sampai di gapura Desa Bojasari, arahkan kendaraan ke dalam. Dari lokasi ini terdapat petunjuk arah untuk mencapai Pasar Kumandang di Dusun Bongkotan. Beberapa meter dari area, Anda akan disambut oleh penyelenggara yang akan menunjukkan jalan dan tempat parkir.

Pasar Kumandang dibuka mulai pukul 7 pagi hingga 12 siang, setiap hari Minggu. Apa yang menarik dari tempat ini adalah:

Mata Uang Rupiah Tidak Laku

pasar-kumandang
Keping untuk transaksi
Benar, mata uang kebanggaan bersama milik bangsa Indonesia ini tidak dapat dijadikan alat transaksi di Pasar Kumandang Kertek. Sebelum masuk ke dalam pasar, Anda harus menukarkan uang menjadi kepingan tempurung kelapa berbentuk bundar untuk bertransaksi. 

Setiap keping senilai dengan Rp2.000, jadi Anda mesti menukarkan sejumlah rupiah untuk mendapatkan keping secukupnya. Sepuluh buah keping sudah diikat dengan tali bambu menjadi satu, sehingga Anda tidak akan repot membawanya. Jika keping sudah habis, tak perlu kembali ke pintu masuk, karena di beberapa titik di dalam pasar Anda juga bisa mendapatkannya.

Wajib Berbahasa Jawa

pasar-kumandang
Wajib Boso Jowo
Tidak dimungkiri bahwa bahasa Jawa saat ini kurang dibiasakan oleh orang Jawa sendiri, khususnya di Wonosobo. Nah, upaya pelestarian bahasa daerah ini pun dilakukan oleh pengelola Pasar Kumandang dengan menjadikannya bahasa wajib di area wisata. Jika biasanya Anda 'sepik-sepik' bahasa Indonesia gaul dan alay dengan mbak-mbak kasir minimarket waralaba, kali ini cobalah berbahasa Jawa halus dengan pedagang dan pengunjung lain di sini.

Konsep Zero Plastic

pasar-kumandang
Serba Tradisional
Di Pasar Kumandang, Anda tidak akan menemukan wadah plastik, tas kresek plastik, atau styrofoam. Semua wadah yang digunakan di sini berbahan organik dan bernuansa klasik, seperti keranjang bambu, besek, pincuk daun pisang, mangkuk tempurung kelapa, dan tembikar tanah liat. Kecuali cangkir kopi, menggunakan bahan seng yang terlihat jadul. Tidak hanya wadah makanan, melainkan tempat sampah, asbak, dan ornamen-ornamen hiasan lain juga dibuat dari bahan alam.

Kuliner dan Mainan Tradisional Lengkap

pasar-kumandang
Kuliner 'Ndeso' yang Nikmat
Tak seperti pasar pada umumnya, Pasar Kumandang tidak menyediakan sayur, buah, bumbu dapur, sembako, atau pakaian. Pasar tersebut secara khusus menawarkan kuliner tradisional lengkap. Mulai dari kolak, lupis, gerontol, tiwul, pecel, kupat tahu, siomay, hingga sate ayam. Uniknya, makanan diolah dengan menggunakan tungku berbahan bakar kayu atau arang, sehingga rasanya juga berbeda.


pasar-kumandang
Kesukaan, Sate Ayam
Bagi Anda yang membawa anak-anak, bisa juga membelikan mereka mainan tradisional sambil mengenang masa kecil di pasar ini. Ada yoyo, kincir angin, layang-layang, topeng, dan mobil-mobilan kayu yang bisa Anda dapatkan di sini.


pasar-kumandang
Mainan dan Aksesori


Area Bermain Anak


pasar-kumandang
Main Yuuk
Tidak kalah dengan pusat perbelanjaan modern, Pasar Kumandang juga punya area bermain anak bernama Playon Bocah. Sembari bersantai menikmati camilan dan makanan ala ndeso, Anda bisa momong anak dengan permainan jungkat-jungkit, ayunan, dan sirkuit sederhana. Fasilitas ini terbukti dapat meredam rengekan anak yang henti-hentinya meminta jajan.

Dunia 'Slow Motion'


pasar-kumandang
Santai Dulu
Poin satu ini, mungkin subjektif. Sejak langkah pertama memasuki kawasan Pasar Lawas Kumandang, saya merasakan pergerakan di dalamnya berlangsung lambat. Ini tidak lepas dari pengaruh iringan musik gamelan yang membuat suasana begitu santai, adem, selow, dan nyaman. Ditambah dengan pepohonan yang tampak asri dan angin yang berhembus semilir. 

Tanpa disadari, saya pun larut dalam tempo gerakan yang lambat dan halus. Sampai-sampai, makan seporsi sate ayam pun begitu lama. Soal cara berjalan, tak perlu ditanya lagi, auto-kalem, sehingga tak heran bisa menghabiskan puluhan keping uang untuk mampir dari satu stand ke stand yang lain.

Ada Kawasan Khusus untuk Merokok

pasar-kumandang
Rokok Lintingan
Tentramnya suasana semakin terasa jika Anda duduk di kawasan khusus merokok. Jangan salah, meski di tempat terbuka, Anda tidak boleh merokok sembarangan. 

Lantaran partner kali ini adalah seorang ahli hisap dan kebetulan stand kopi ada di sebelah smoking area, saya pun ikut duduk di sana setelah memesan kopi. 

Di meja disediakan seperangkat lintingan atau bahan-bahan untuk meracik rokok berisi kertas sigaret, tembakau, dan cengkeh secara gratis. Menyeruput kopi dan udud di sana praktis membuat Anda melupakan beban kerja, cicilan, dan kenangan mantan buat seketika. Habis tiga batang rokok dan dua puluh keping mata uang, kami pun meninggalkan lokasi.

Secara keseluruhan, konsep wisata pasar lawas sangat menarik. Anda seakan dibawa ke zaman pra kemerdekaan, dengan suasana judulnya yang kental. Untuk yang hobi fotografi atau foto selfie, banyak sudut-sudut menarik untuk dikomposisikan di Pasar Kumandang. Namun, selama berada di dalam, pandai-pandailah menahan diri. Pasalnya semua makanan dan barang yang dijual terlihat menarik. Tambahan pula transaksi dengan keping membuat Anda tidak terasa sudah banyak berbelanja. Tahu-tahu keping habis, tukar lagi, dan seterusnya. 

Dunia 'Slow Motion' di Pasar Kumandang Dunia 'Slow Motion' di Pasar Kumandang Reviewed by Tyas Maulita on August 05, 2018 Rating: 5

No comments:

Panduan Lengkap Wisuda di Kampus UT Pusat Pondok Cabe

  Mendapat undangan wisuda di Universitas Terbuka (UT) Pusat adalah kebanggaan tentunya merupakan kebanggaan tersendiri. Pasalnya, tidak sem...

Powered by Blogger.