Mas Agus Nonot Supriyanto, workshop street photography |
Foto dengan genre street photography pertama kali dikenal pada
tahun 1826 di Paris, Perancis, melalui foto berjudul Window at Le Gras. Fakta
tersebut menepis anggapan umum bahwa street photography merupakan turunan dari
journalistic photography (fotografi jurnalistik). Pernyataan tersebut
disampaikan oleh Agus Nonot Supriyanto, dalam WOSH 4 (Wonosobo Street Hunting
4), di pendopo Kabupaten Wonosobo (3/12). Pada kesempatan ini, fotografer yang
pernah menjuarai Canon Photo Marathon Jakarta 2015, itu menerangkan seluk beluk
street photography dalam sesi
workshop tersebut.
Apakah Street Photography Itu?
Street photography dapat diartikan secara bahasa sebagai
fotografi jalanan. Namun, sebenarnya makna street photography lebih luas, yakni
kegiatan mengambil gambar yang dilakukan di ruang publik dan tanpa perencanaan.
Meski sebagian karya fotografi dengan genre ini dibuat melalui setting, kesan
yang ditimbulkan tetap harus natural, tanpa rekayasa.
Mengapa Memilih Street
Photography?
Street Photography merupakan genre fotografi yang memiliki
banyak keunggulan dibandingkan genre yang lain, di antaranya;
·
Murah.
Dibandingkan travel photography dan
landscape photography, street photography lebih murah dari segi biaya. Anda
tidak harus mengeluarkan biaya perjalanan, akomodasi, dan peralatan yang
banyak, sehingga street photography lebih ramah di kantong.
·
Merekam ruang dan waktu.
Street photography menangkap realita
yang terjadi dalam masyarakat di ruang publik. Apa yang terjadi di sana pada
hari ini, tentu saja berlainan dengan yang terjadi di masa lalu, dan masa yang
akan datang.
·
Merekam emosi manusia.
Melalui street photography, Anda dapat
merekam berbagai rupa emosi manusia yang diperlihatkan secara natural.
·
Merekam estetika banal.
Konsep estetika banal merupakan konsep
rumusan fotografer senior Erik Prasetya. Konsep ini berarti menampilkan
keindahan dari ekspresi, kegiatan, dan situasi keseharian yang dianggap sudah
biasa.
Teknik dalam Street
Photography
·
Decisive moment
Contoh teknik decisive moment pada street photography |
Teknik mendapatkan foto dengan cara
menunggu momentum yang tepat dari suatu gerakan. Pelopor teknik ini ialah Henri
Cartier Bresson (HCB) yang ketika itu menggunakan kamera Leica generasi
pertama. Untuk saat ini, teknik decisive moment dirasa cukup mudah. Anda hanya
perlu memprediksi akan terjadinya momen yang menarik, kemudian menggunakan mode
continuous shot pada kamera, selanjutnya Anda pilih sendiri foto yang terbaik.
·
Layering
Teknik ini mengharuskan frame terisi
penuh dengan objek yang menarik, tetapi tidak boleh terjadi penumpukan, yang
dapat mengganggu tampilan.
·
Juxtapose
Juxtapose adalah teknik fotografi
dengan menempatkan subjek sedemikian rupa untuk mendapatkan perbandingan dan
kontras. Dalam street photography tentunya komposisi seperti ini harus terjadi
secara alami.
·
Forced angle
Teknik ini menciptakan ilusi pada
objek, dengan sudut pengambilan gambar yang tidak biasa.
·
Humour
Teknik menempatkan objek foto dengan
latar di sekitarnya sehingga terlihat lucu.
·
Fishing
Teknik mendapatkan foto dengan cara
menunggu subjek melewati latar yang ditentukan. Teknik ini memerlukan
kesabaran, karena mendapatkan momen yang pas dan kondisi yang pas seperti yang
diinginkan juga dipengaruhi oleh faktor keberuntungan.
Street Photography dan
Human Interest
Menurut Agus Nonot, human interest dapat dimasukkan ke dalam
kategori street photography jika diambil di ruang publik. Sebaliknya, street
photography tidak harus melibatkan objek foto berupa manusia di dalamnya. Bisa
berupa benda atau binatang, selama memenuhi kriteria.
Setting kamera yang
tepat
Jika Anda pengguna DSLR, lensa yang tepat adalah 35mm, 28mm,
dan 50mm. untuk setting, yang umum digunakan yaitu:
·
Menggunakan mode aperture priority (A atau Av)
·
Aperture : f/8, untuk mendapatkan DOF yang dalam
sehingga gambar beserta latar belakang terlihat tajam.
·
ISO: 800-1600 untuk kondisi siang hari yang
cerah, dan 3200 pada kondisi gelap.
·
Dengan mode aperture priority, shutter speed
akan menyesuaikan secara otomatis.
Etika dalam Memotret di
Ruang Publik
Ada tiga aspek etika memotret yang dikemukakan oleh narasumber,
yaitu;
·
Street photographer bukan pencuri
Lakukan pendekatan yang baik kepada
subjek foto.Tunjukkan wajah yang ramah (senyum) sebagai isyarat meminta izin
mengambil gambar. Apabila subjek yang akan Anda foto keberatan, jangan memaksa.
·
Street photographer bukan burung pemakan bangkai
Jangan mengikuti orang yang akan Anda
foto, sehingga membuatnya tidak nyaman. Sikap ini seperti burung pemakan
bangkai yang mengikuti mangsanya hingga mati, dan memakannya.
·
Street photographer bukan jurnalis
Perhatikan situasi ketika Anda
memotret. Sebab Anda bukan jurnalis, tidak ada kewajiban bagi Anda untuk
memberikan laporan atau berita. Misalnya ketika ada kunjungan pejabat ke kota
Anda, berikan ruang untuk jurnalis yang lebih membutuhkan foto untuk
kepentingan tugasnya.
Begitulah panduan street photography yang berhasil dihimpun
dari kegiatan WOSH 4. Semoga artikel ini dapat menambahkan lagi pengetahuan Anda
di bidang ini.
Street Photography, Bukan Sekadar Memotret di Jalanan
Reviewed by Tyas Maulita
on
December 04, 2017
Rating:
No comments: