recent posts

Dosa Besar Peminum Kopi

Behind the scene Biji Kopi Indonesia, sebelum pemutaran film.
Sabtu (16/12) kemarin, komunitas Mbakyu Blogger menggelar pemutaran film Biji Kopi Indonesia dalam event EduTalk 17 di ruang audio visual Gedung Arpusda (Arsip dan Perpustakaan daerah) Wonosobo. Melalui film berurasi 65 menit ini, banyak informasi baru tentang kopi yang saya dapatkan. Beberapa adegan dan kutipan dalam film berjudul internasional, Aroma of Heaven ini, bahkan masih berlegar di kepala.

"Kopi ini tidak layak diminum manusia ...", kutipan dari penjelasan antropolog Pujo Semedi dalam film ini, secara telak menusuk ulu hati saya.
Kata-kata tersebut, diujarkan kembali dari rekan Eropa beliau ketika menyeruput kopi yang biasa diseduh orang kebanyakan di Indonesia. Kopi tersebut digiling dengan campuran jagung, sehingga rasanya dikatakan mirip popcorn.

Kopi bercampur jagung lebih nyaman di lidah masyarakat pada umumnya daripada kopi murni. Ini dikarenakan kopi murni yang dirasa terlalu pahit. Cara mengolah kopi dengan campuran ini juga tidak lepas dari peran kolonial Belanda yang menerapkan larangan menyimpan kopi bagi petani. Hasil panen seluruhnya harus dijual kepada Belanda dengan harga murah. Untuk menyiasati keinginan menikmati kopi, kemudian masyarakat mengolah biji yang rusak agar dapat diolah dan diminum.
Bahkan di daerah Sumatera Barat, daun kopi dikeringkan dan diseduh sebagai minuman yang dikenal sebagai kawa kopi. Tentu rasa dan kandungan kafeinnya tidak sebagus pada biji kopi.

Kondisi ini sungguh ironis, manakala masyarakat hanya dapat menikmati 'ampas'. Sementara di Benua Biru, penduduknya menikmati kopi bercita rasa tinggi dari kebun-kebun mereka. Pada masa penjajahan tersebut, orang Eropa justru meyebut java untuk mengistilahkan kopi. Tidak ada a cup of coffee, melainkan a cup of java.

Malahan hingga kini, dengan bangga mereka menuliskan Kopi Sumatera pada daftar menu di kafe-kafe. Bagaimana dengan kita? Barangkali belum tentu pernah menikmati kopi arabika dan robusta dari biji kopi asli Indonesia.

Yang paling membuat saya merasa berdosa sebagai peminum kopi yaitu, sampai hari ini saya hanya mengenal kopi instant kemasan sachet

Kopi dalam Sejarah di Indonesia
Dari film dokumenter yang disutradarai oleh Budi Kurniawan tersebut, saya memperoleh pencerahan tentang kekayaan alam Indonesia berupa biji kopi. 

Kopi dibawa ke Indonesia sejak abad ke 17 dari Malabar, India oleh Belanda. Penyebaran dimulai dari Kedawung, Jawa Barat, lalu seluruh wilayah pulau Jawa, kemudian menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Manggarai, sampai seluruh Nusantara.

Sejarah kopi tak hanya ditulis oleh orang Belanda dan VOC, dalam naskah-naskah lokal juga ditemukan keterangan tentang kopi. Antara lain dalam Serat Centini (1814) yang lahir dari Keraton Kasunanan Surakarta.
Dalam buku Max Havelaar, Multatuli menyatakan bahwa kopi menjadi salah satu sebab berlakunya tanam paksa, dan penindasan terhadap kaum pribumi selama berabad-abad.

Kopi dan Budaya dalam Masyarakat
Menanam kopi, merawat kopi, hingga meminum kopi kemudian mengakar sebagai budaya, selain peran kopi pada sisi ekonomi dan politik yang lebih menguntungkan kolonial. Masyarakat Gayo dan Manggarai hidup dengan sandaran utama kebun kopi. Maka, dari sinilah lahirnya filosofi yang berkaitan dengan kopi.

Masyarakat Takengon, mempunyai budaya yang unik, yaitu mengawinkan kopi. Seperti digambarkan dalam film, Mustasarun, petani yang menanam 136 varietas kopi di kebunnya, mengawinkan Siti Kawa dengan angin agar terjadi penyerbukan.

Dalam film ini, juga ditampilkan Tari Guel, yang menceritakan tentang  sejarah Gajah Putih. Tarian ini dimasukkan ke dalam film, dalam upaya mengangkat gagasan dijadikannya bekas pabrik pengolahan kopi Bener Lampahan sebagai Museum Kopi. Cara orang Gayo menikmati kopi juga berbeda, mereka mengunyah biji kopi dengan gula merah, disusul dengan minum air hangat.

Filosofi tentang kopi di Jawa sedikit berbeda. Menurut seorang petani dari Jawa, kopi berasal dari kata kopen (dalam bahasa jawa artinya 'yang terawat'). Di Banyuwangi, kopi tidak digoreng hingga kering. Sehingga ada ungkapan kopi gareng gampang pecahe, bojo ganteng akeh polahe (kopi kering mudah pecahnya, suami ganteng banyak tingkahnya).

Penanaman kopi di pegunungan juga dilakukan oleh masyarakat Ciwidey sebagai langkah konservasi. Begitu juga di Manggarai. Mereka meyakini, kopi telah memberikan kehidupan hingga mereka juga harus menghidupi kopi dengan cara berbakti kepada alam. Masyarakat Manggarai juga menjalankan ritual sebagai wujud syukur ketika musim panen kopi tiba.

Lekatnya tradisi meminum kopi dalam masyarakat, juga digambarkan dalam buku Andrea Hirata yang berjudul Cinta dalam Gelas. Di warung kopi mereka berbincang, melepas lelah, menyusun strategi, bermain catur, dan bersenda gurau.

Tak hanya di Belitung, di seluruh dunia banyak filsuf, penulis, pemimpin yang lahir dari hasil duduk di warung kopi. Seperti Voltaire, Benjamin Franklin, dan novelis terkenal J.K. Rowling.

Kopi Italia Lebih Nikmat?
Apabila bicara soal kopi nikmat, sebagian orang mungkin setuju kalau capuccino adalah salah satunya. Racikan minuman kopi dengan buih-buih di atas permukaannya ini, menjadi favorit banyak orang.
Namun tahukah Anda, dari mana kopi Italia berasal?
Jelas Anda tidak akan menemukan kebun kopi di negerinya Valentino Rossi itu.

Membuka Jalan Menuju Keberhasilan
Filosofi yang terakhir saya petik dari film Biji Kopi Indonesia yaitu, pernyataan Pujo Semedi soal 'membuka jalan'. Penyebaran kopi di Jawa tak lepas dari usaha Daendels membuka jalan pesisir Jawa. Dengan adanya jalan itu, pihak kolonial dapat mendistribusikan kopi dan menjadikan daerah sekitar jalan tersebut berkembang pesat.
Filosofi ini dapat diterapkan juga pada daerah lain seperti Papua. Juga 'jalan' dalam arti berbeda, yaitu jalan mencapai keberhasilan.

Referensi pendukung:
https://jurnalbumi.com/sejarah-kopi/
https://www.google.co.id/amp/historia.id/m/kuliner/kopi-yang-mengubah-eropa
http://regional.kompas.com/read/2017/09/29/07000061/kawa-daun-kopi-khas-sumatera-barat-yang-diseduh-dari-daun-1
Dosa Besar Peminum Kopi Dosa Besar Peminum Kopi Reviewed by Tyas Maulita on December 18, 2017 Rating: 5

2 comments:

  1. Di desa, Bapak menanam kopi sendiri. Kalau panennya banyak dijual, namun ibu selalu menyisihkan sedikit untuk disangrai sendiri...

    ReplyDelete
  2. waah, jadi dosa peminum kopi karena nggak kenal asal kopi yang diminumnya ya mbak.. malah kenalnya kopi sachet. Kopi sachet murah meriah sih.. hehe

    ReplyDelete

Panduan Lengkap Wisuda di Kampus UT Pusat Pondok Cabe

  Mendapat undangan wisuda di Universitas Terbuka (UT) Pusat adalah kebanggaan tentunya merupakan kebanggaan tersendiri. Pasalnya, tidak sem...

Powered by Blogger.