Stakeholder Meeting, juga dihadiri oleh Wakil Bupati Wonosobo, Ir. H. Agus Subagyo, M.Si |
Minat baca masyarakat Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61
negara, berdasarkan kajian Most Littered Nation in the World 2016. Di samping
itu, minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0.001 persen, berdasarkan
survey UNESCO pada tahun yang sama. Artinya dari 1000 orang hanya satu orang
yang minat membaca buku. Pernyataan ini disampaikan Drs. Nugroho, M.M dari Tim
Sinergi Jawa Tengah, dalam Stakeholder Meeting, yang diselenggarakan oleh Dinas
Arpusda Kabupaten Wonosobo (21/12) di Pendopo Kabupaten Wonosobo.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa ada kendala-kendala yang
menyebabkan keengganan masyarakat untuk membaca. Kendala tersebut juga
dijelaskan oleh Bapak Nugroho, menanggapi pertanyaan dari salah seorang
peserta. Hambatan terhadap kurangnya minat membaca (dan mengunjungi perpustakaan)
menurut beliau, tidak adanya figur panutan di masyarakat, ketidaksesuaian buku
yang tersedia dengan kebutuhan masyarakat, dan image perpustakaan sendiri, yang
terkesan sepi dan kusam.
Ketiga hal tersebut yang lantas mendasari perlu adanya
transformasi perpustakaan, dari 'gudang buku' menjadi gudang ilmu. Usaha tersebut
telah dirintis melalui program PerpuSeru, hasil sinergi swasta (Coca-Cola
Foundation Indonesia), pemerintah, dan masyarakat.
Program ini telah dimulai sejak tahun 2011 dan berhasil
mentransformasi Perpusda dan Perpusdes di 99 kabupaten/kota dari 17 provinsi di
Indonesia. Dalam presentasinya, wakil dari Coca-Cola Foundation Indonesia
(CCFI), Andriansyah juga menyatakan pamit, dengan berakhirnya dukungan dari
pihaknya pada Juli 2018. Berdasarkan laporannya, PerpuSeru telah berhasil
mengangkat perpustakaan, dari sekadar tempat meminjam dan membaca buku, menjadi
tempat belajar dan berkembang bagi masyarakat.
Diharapkan, akan ada tindak lanjut program yang dilakukan untuk
semakin meningkatkan mutu perpustakaan, yang kemudian berdampak pada semakin
tingginya minat belajar masyarakat. Kecerdasan literasi terbukti mampu
memberantas gejala sosial, seperti narkoba dan penyebaran berita hoax.
Dengan fasilitas berupa komputer, jaringan internet dan
fasilitator, kegiatan pengembangan masyarakat tersebut dapat dilakasanakan di
perpustakaan.
Stakeholder Meeting itu sendiri diselenggarakan dalam rangka
membahas replikasi perpustakaan bertransformasi, sebagai tindak lanjut progam
bersama CCFI, dikutip dari sambutan Kadin Arpusda Wonosobo, Drs. Eko Yuwono.
Beliau mengimbau pihak-pihak terkait untuk terus berkolaborasi melanjutkan
program yang telah dirintis bersama tersebut.
Sementara itu, pada kesempatan presentasinya, Ahmad Lukman dari
Bimasena Power Indonesia, memaparkan tentang program dukungan terhadap
perpustakaan melalui CSR. Perusahaan pengelolaan energi yang beroperasi di
Batang, Jawa Tengah tersebut mulai mendirikan Perpusdes pada tahun 2015
sebanyak 2 lokasi, kemudian ditingkatkan pada tahun 2016 dan tahun 2017. Melalui
program tersebut, mereka juga mendirikan perpustakaan di TPA dan TPQ. Usaha tersebut
dilakukan untuk menjaga kelangsungan perusahaan di tengah masyarakat, sekaligus
sebagai kepedulian terhadap masyarakat.
Dari pihak masyarakat sendiri, yang diwakili oleh kepala desa dan
pengelola taman bacaan masyarakat, berharap adanya regulasi dari pemerintah
(berupa instruksi Gubernur) untuk menganggarkan dana pembangunan pepustakaan
yang wajib dikeluarkan dari anggaran dana transfer desa. Menurut mereka,
pembangunan mental masyarakat melalui pendidikan tidak kalah pentingnya dengan
pembangunan infrastruktur.
Pada akhirnya, forum yang juga dihadiri oleh sejumlah
perwakilan BUMN, BUMD, komunitas pegiat literasi, dan tokoh masyarakat
tersebut, ditutup dengan kesimpulan sebagai berikut;
1. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan
swasta sangat penting dalam memajukan pendidikan lewat perpustakaan.
2. Komunikasi antar stakeholder perlu terus
dilakukan untuk menjaga keberlangsungan program transformasi perpustakaan,
untuk jangka panjang.
3. Perpustakaan harus diberdayakan sebagai pusat
kegiatan belajar masyarakat, tidak hanya sebagai tempat menyimpan buku.
Transformasi Perpustakaan: Menghapus Stigma Lama 'Gudang Buku'
Reviewed by Tyas Maulita
on
December 23, 2017
Rating:
Wah, perpusda Wonosobo makin kece aja. Jadi kangen mojok di sana 😄😄
ReplyDeletesaya setuju dengan kesimpulan tersebut mbak :)
ReplyDelete