Dalam setiap acara atau event yang melibatkan orang banyak, keberadaan panitia memang sangat penting, tak terkecuali untuk pernikahan. Beberapa bulan jelang hajatan, umumnya keluarga mempelai sudah mengadakan rapat pembentukan panitia yang terdiri dari kerabat dan tetangga beserta tenaga profesional.
Namun, tidak demikian dengan
acara pernikahan saya, 4 Februari lalu. Jangankan membentuk panitia, pernikahan
itu pun masih serasa mimpi bagi saya dan calon suami. Pasalnya, proses kami
begitu cepat. Acara lamaran dilakukan dadakan dan akad nikah dilangsungkan
kurang dari dua minggu setelahnya. Alhamdulillah, semua berjalan lancar dan kebanyakan
pihak yang terlibat merasa puas.
Pengalaman Nikah Tanpa Membentuk Panitia
Sejak awal, saya merencanakan
pernikahan yang sederhana. Oleh karena itu, saya tidak mau dipusingkan dengan
banyaknya persiapan. Sekitar empat bulan sebelum hari H, saya sudah mulai
mengumpulkan barang-barang yang diperlukan seperti seperangkat alat sholat dan
pakaian untuk orangtua. Selebihnya tetap sibuk bekerja seperti biasa. Hampir
seluruh persiapan diatur oleh ibu dan saya sendiri. Inilah yang kami lakukan
sehingga persiapan berjalan efisien dan jauh dari kesan riuh.
1. Menentukan tempat dan katering
Kami mengupayakan tempat yang
dipilih dapat sekaligus menyediakan katering untuk acara pengajian dan resepsi.
Tempatnya juga dekat dengan rumah dan akses parkirnya mudah. Mereka menyediakan
tempat resepsi, area untuk beristirahat tamu dari pihak laki-laki yang datang awal,
serta katering lengkap. Tentu pilihan ini lebih baik dari sekadar menyewa
gedung dan mencari katering secara terpisah. Juga secara bujet lebih hemat
dibanding mendirikan tenda di depan rumah dan mencari tukang masak sendiri.
2. Memilih MUA yang sekaligus dekorasi dan foto
Selanjutnya, agar tidak harus ke
sana ke mari mendatangi berbagai vendor, saya memilih perias alias MUA yang
juga menyediakan dekorasi dan dokumentasi. Alhamdulillah, dapat dari kalangan
sendiri sehingga harganya pun disesuaikan. Dengan dua kali ngobrol via WhatsApp
dan sekali berkunjung untuk fitting baju, kerja sama dengan beliau pun berhasil
dijalankan. Sekali lagi, di sini sudah hemat tenaga dan pikiran dibandingkan
harus mencari MUA, tukang dekor, dan fotografer secara terpisah.
3. Pilih tempat terdekat untuk berbelanja
Hingga H-1 pernikahan, saya dan
ibu masih jalan-jalan ke pasar untuk membeli perintilan-perintilan barang yang
terlupa. Di hari itu kami juga mengambil mahar yang telah dihias dan cincin
yang sudah dipesan seminggu sebelumnya. Karena lokasinya dekat, kami tidak
harus menunggu atau menyuruh orang lain melakukannya. Pokoknya, prinsip kami
selagi masih bisa jalan sendiri, kenapa tidak?
4. Maksimalkan tenaga yang ada
Nah, mungkin sejak tadi pembaca
berpikir, apakah kami tidak memiliki kerabat dan tetangga untuk dimintai
bantuan? Ya, tentu saja sebagai makhluk sosial kami tetap menjaga hubungan baik
dengan keluarga besar, kerabat, dan masyarakat sekitar. Namun, karena tidak
ingin persiapan acara terkesan heboh, kami tidak terlalu awal meminta bantuan,
hanya hitungan kira beberapa hari sebelum hari H. Malahan, untuk pembaca Al
Quran, grup angklung sebagai pengisi hiburan, dan MC sekaligus penyedia sound
system kami hubungi hanya dua hari sebelum acara. Selain itu, tenaga untuk
parkir, membantu melayani tamu, dan menyiapkan lokasi akad adalah teman-teman
kakak saya beserta sepupu yang sudah siap mengosongkan agenda di hari itu.
Lebih Baik Jangan Ditiru, Jika ...
Meski tampaknya sangat praktis,
sebenarnya saya tidak menyarankan pembaca mengikuti cara saya ini. Sebab,
selain penat juga pusing karena ada saja persiapan yang kurang sementara hanya
kami berdua yang bisa mengatasinya (di hari-hari terakhir, kakak saya ikut
masuk ke tim pusing karena baru dapat cuti).
Di samping itu, persiapan yang
terkesan spontan membuat kami tidak banyak memilah milih pakaian, menu makanan,
hingga konsep acara. Semua lebih banyak diserahkan kepada vendor dengan sedikit
penjelasan tentang apa yang kami inginkan. Cara ini mungkin tepat untuk orang
yang menginginkan semua serba cepat dan ringkas. Namun, jika pembaca termasuk
jenis orang yang detail dan sangat kuat memegang yang namanya wedding dream harus begini begitu, maka
lebih baik jangan ditiru. Lakukan persiapan sematang mungkin dan buatlah
susunan panitia dengan tugas yang jelas supaya hasilnya memuaskan.
Bagaimana pun, kemudahan dalam
penyelenggaraan acara kami datangnya dari Allah SWT. Kami sadar, tanpa
pertolongan-Nya, apalah yang bisa dilakukan oleh seorang emak-emak dan seorang
calon manten yang sangat santai ini sebagai master
mind acara? Oleh sebab itu, untuk
pembaca yang sedang merencanakan nikah, buat saja persiapan semampunya,
selebihnya pasrahkanlah.

No comments: