- Jangan Sesumbar!
Ini biasanya
mampir di pikiran sebelum menjalani trekking itu sendiri. Belum juga selangkah
masuk ke hutan, sudah terlintas kalau trek ini nggak ada apa-apanya. Yah
mending kalau masih di pikiran, kalau sampai ngomong yang bernada menyepelekan,
bisa saja kualat. Kondisi trek kadang nggak selalu seperti yang diharapkan.
Entah tiba-tiba cuaca buruk, diserang binatang atau tersesat. Ini juga berlaku
dalam hidup kita, dalam mengerjakan tugas jangan sesekali menyepelekan,
melainkan atur strategi dengan benar kemudian lekas bertindak. Juga jangan lupa
berdoa dan serahkan hasilnya pada Tuhan.
Trek Bukit Apek, Ngeri-ngeri sedap. |
- Fokus Mengejar Tujuan.
Tujuan akhir
trekking berupa air terjun maupun pemandangan puncak yang indah pada ketinggian
tertentu hanya bisa dicapai jika kita benar-benar fokus menuju padanya. Lain
halnya kalau kebanyakan mampir, belok ke arah yang lain atau muter-muter dulu.
Mungkin bakal sampai juga pada akhirnya, tapi entah kapan. Begitu juga dalam
hidup, kata orang-orang yang sudah mendahului kita sukses, jalan untuk berhasil hanya dengan fokus pada tujuan dan melakukan cara-cara tepat untuk
mendapatkannya.
- Tidak Mementingkan Diri Sendiri.
Selama trekking
di hutan, tentunya bukan kita saja penjelajah yang melewati sepanjang jalan di
sana. Di trek yang agak lapang, mungkin bisa dengan leluasa berjalan. Tapi
ketika melewati trek yang jalannya sempit dan agak susah dilewati mau tidak mau
mesti memberi jalan pada penjelajah lain. Ini harus, mereka kan juga butuh
jalan juga buat sampai di tempat yang dituju. Sebuah quote dari seorang yang
saya kenal, “Sukses sendiri itu hak Anda, sukses bersama-sama lebih penting!”
Dalam alam kehidupan juga gitu kan? Alangkah indahnya jika bisa sukses
bersama-sama orang lain.
- Menjaga yang Bukan Milik Sendiri.
Hutan ibarat
sesuatu yang diamanahkan pada kita selama melakukan perjalanan. Sebagai pecinta
alam, kita dituntut untuk tidak mengambil apapun dari sana kecuali foto, tidak
meninggalkan apapun kecuali jejak dan tidak membuang apapun melainkan kenangan
bersama mantan (eh?). Ya, begitulah kutipan yang populer di kalangan para
pecinta alam sejati. Jika diterapkan dalam hidup sehari-hari, pastinya nggak
akan kita temui vandalisme, pencurian, bahkan korupsi karena kita ngerasa
diberi amanah untuk menjaga sesuatu yang bukan milik sendiri sebagaimana
mestinya.
Sampahnya dibawa turun ya! |
- Jangan Sombong!
Dalam perjalanan
melintasi rimba raya, banyak halangan yang mungkin ditemui. Misalnya ketika
cedera, mau tidak mau kita memerlukan bantuan orang lain. Maka dari itu jangan
sombong atau gengsi bila memerlukan pertolongan. Berkata aku ra popo bukan penyelesaian, cari bantuan tepat yang bisa
didapatkan untuk menyelesaikan masalah.
- Meningkatkan Solidaritas dan Rasa Persaudaraan.
Inilah point
paling penting ketika jungle trekking. Ketika salah satu anggota rombongan
tertinggal, yang lain dengan sabar menunggu. Ketika yang satu kehausan, yang
lain mengulurkan sebotol air. Ketika yang satu sakit yang lain ikut prihatin.
Ketika bertemu rombongan lain, saling menyapa meski tidak kenal, memberi
petunjuk arah jika mereka tersesat dan menawarkan bantuan jika dirasa perlu.
Darimanakah tumbuhnya solidaritas seperti itu? Karena masing-masing paham,
memiliki tujuan sama yaitu menuju puncak atau finish dan pulang dengan selamat
di samping mengagungkan kebesaran Tuhan lewat ciptaan alamnya. Jika dalam hidup
kita merasa punya satu tujuan yaitu menjadi khalifah di bumi, maka solidaritas
antarsesama manusia pasti bakal terwujud. Ya kan?
- Keluar dari Zona Nyaman.
Begitu tiba di
puncak bukit, air terjun, angin semilir pepohonan di tanah yang lapang setelah
jalan terjal dilewati, huffttt.. rasanya ingin berada di sana selamanya. Nggak
kebayang harus ngelewati jalan berliku, naik turun, licin dan mengguncang
adrenalin untuk kedua kalinya. Maka nggak salah kalau kita betah di sana, zona
nyaman sebuah pendakian. Tapi, walau bagaimanapun kita mesti pulang, tempat
kita di kota, di sanalah harus mencari dan mengamalkan ilmu. Mau nggak mau ya
harus pulang! Dalam hidup nggak jauh beda. Setelah berjuang selama
bertahun-tahun mencapai cita-cita, barangkali kita bakal merasa nyaman telah
berada di tempat yang selama itu diimpikan. Tapi harus ingat, kita mesti pulang
kehadirat Nya suatu saat nanti. Sehingga kita harus keluar dari zona nyaman
duniawi demi persiapan ke akhirat.
Zona nyaman setelah menaklukkan trek FRIM, Kepong. |
Begitulah sedikit yang bisa saya
korek-korek selama ikut-ikutan teman menjalani hobi jungle trekking. Selain
badan sehat, nambah teman, bisa juga lho memetik filosofi di atas sebagai
pelajaran hidup.
(Foto; doc pribadi)
7 Pelajaran Hidup dari Jungle Trekking
Reviewed by Tyas Maulita
on
May 18, 2015
Rating:
No comments: