recent posts

7 Pelajaran Hidup dari Jungle Trekking

Posing sebelum ngetrek, Bukit Apek, Cheras
Jungle trekking alias jelajah hutan bisa dibilang kegiatan adventure yang cukup simpel dibandingkan dengan mendaki gunung. Tapi jangan salah, ini bukan kegiatan sekedar jalan di hutan seperti halnya jalan di mall atau taman. Dari segi pendidikan mental, kegiatan ini mengandung banyak pelajaran hidup. Bukan hasil riset atau apa, hanya hasil pemikiran sendiri setelah beberapa kali nge-trek. Sengaja pakai angka 7 biar greget, yuk cek dis wan..!
  • Jangan Sesumbar!
Ini biasanya mampir di pikiran sebelum menjalani trekking itu sendiri. Belum juga selangkah masuk ke hutan, sudah terlintas kalau trek ini nggak ada apa-apanya. Yah mending kalau masih di pikiran, kalau sampai ngomong yang bernada menyepelekan, bisa saja kualat. Kondisi trek kadang nggak selalu seperti yang diharapkan. Entah tiba-tiba cuaca buruk, diserang binatang atau tersesat. Ini juga berlaku dalam hidup kita, dalam mengerjakan tugas jangan sesekali menyepelekan, melainkan atur strategi dengan benar kemudian lekas bertindak. Juga jangan lupa berdoa dan serahkan hasilnya pada Tuhan.

Trek Bukit Apek, Ngeri-ngeri sedap.
  •  Fokus Mengejar Tujuan.
Tujuan akhir trekking berupa air terjun maupun pemandangan puncak yang indah pada ketinggian tertentu hanya bisa dicapai jika kita benar-benar fokus menuju padanya. Lain halnya kalau kebanyakan mampir, belok ke arah yang lain atau muter-muter dulu. Mungkin bakal sampai juga pada akhirnya, tapi entah kapan. Begitu juga dalam hidup, kata orang-orang yang sudah mendahului kita sukses, jalan untuk berhasil hanya dengan fokus pada tujuan dan melakukan cara-cara tepat untuk mendapatkannya.

  • Tidak Mementingkan Diri Sendiri.
Selama trekking di hutan, tentunya bukan kita saja penjelajah yang melewati sepanjang jalan di sana. Di trek yang agak lapang, mungkin bisa dengan leluasa berjalan. Tapi ketika melewati trek yang jalannya sempit dan agak susah dilewati mau tidak mau mesti memberi jalan pada penjelajah lain. Ini harus, mereka kan juga butuh jalan juga buat sampai di tempat yang dituju. Sebuah quote dari seorang yang saya kenal, “Sukses sendiri itu hak Anda, sukses bersama-sama lebih penting!” Dalam alam kehidupan juga gitu kan? Alangkah indahnya jika bisa sukses bersama-sama orang lain.

  • Menjaga yang Bukan Milik Sendiri.
Hutan ibarat sesuatu yang diamanahkan pada kita selama melakukan perjalanan. Sebagai pecinta alam, kita dituntut untuk tidak mengambil apapun dari sana kecuali foto, tidak meninggalkan apapun kecuali jejak dan tidak membuang apapun melainkan kenangan bersama mantan (eh?). Ya, begitulah kutipan yang populer di kalangan para pecinta alam sejati. Jika diterapkan dalam hidup sehari-hari, pastinya nggak akan kita temui vandalisme, pencurian, bahkan korupsi karena kita ngerasa diberi amanah untuk menjaga sesuatu yang bukan milik sendiri sebagaimana mestinya.
Sampahnya dibawa turun ya!

  • Jangan Sombong!
Dalam perjalanan melintasi rimba raya, banyak halangan yang mungkin ditemui. Misalnya ketika cedera, mau tidak mau kita memerlukan bantuan orang lain. Maka dari itu jangan sombong atau gengsi bila memerlukan pertolongan. Berkata aku ra popo bukan penyelesaian, cari bantuan tepat yang bisa didapatkan untuk menyelesaikan masalah.

  • Meningkatkan Solidaritas dan Rasa Persaudaraan.
Inilah point paling penting ketika jungle trekking. Ketika salah satu anggota rombongan tertinggal, yang lain dengan sabar menunggu. Ketika yang satu kehausan, yang lain mengulurkan sebotol air. Ketika yang satu sakit yang lain ikut prihatin. Ketika bertemu rombongan lain, saling menyapa meski tidak kenal, memberi petunjuk arah jika mereka tersesat dan menawarkan bantuan jika dirasa perlu. Darimanakah tumbuhnya solidaritas seperti itu? Karena masing-masing paham, memiliki tujuan sama yaitu menuju puncak atau finish dan pulang dengan selamat di samping mengagungkan kebesaran Tuhan lewat ciptaan alamnya. Jika dalam hidup kita merasa punya satu tujuan yaitu menjadi khalifah di bumi, maka solidaritas antarsesama manusia pasti bakal terwujud. Ya kan?

  • Keluar dari Zona Nyaman.
Begitu tiba di puncak bukit, air terjun, angin semilir pepohonan di tanah yang lapang setelah jalan terjal dilewati, huffttt.. rasanya ingin berada di sana selamanya. Nggak kebayang harus ngelewati jalan berliku, naik turun, licin dan mengguncang adrenalin untuk kedua kalinya. Maka nggak salah kalau kita betah di sana, zona nyaman sebuah pendakian. Tapi, walau bagaimanapun kita mesti pulang, tempat kita di kota, di sanalah harus mencari dan mengamalkan ilmu. Mau nggak mau ya harus pulang! Dalam hidup nggak jauh beda. Setelah berjuang selama bertahun-tahun mencapai cita-cita, barangkali kita bakal merasa nyaman telah berada di tempat yang selama itu diimpikan. Tapi harus ingat, kita mesti pulang kehadirat Nya suatu saat nanti. Sehingga kita harus keluar dari zona nyaman duniawi demi persiapan ke akhirat.
Zona nyaman setelah menaklukkan trek FRIM, Kepong.

Begitulah sedikit yang bisa saya korek-korek selama ikut-ikutan teman menjalani hobi jungle trekking. Selain badan sehat, nambah teman, bisa juga lho memetik filosofi di atas sebagai pelajaran hidup.

(Foto; doc pribadi)
7 Pelajaran Hidup dari Jungle Trekking 7 Pelajaran Hidup dari Jungle Trekking Reviewed by Tyas Maulita on May 18, 2015 Rating: 5

No comments:

Panduan Lengkap Wisuda di Kampus UT Pusat Pondok Cabe

  Mendapat undangan wisuda di Universitas Terbuka (UT) Pusat adalah kebanggaan tentunya merupakan kebanggaan tersendiri. Pasalnya, tidak sem...

Powered by Blogger.